cerita ini aku ambil dari buku 'Bread for Friends' penulis : Lintong Simaremare. ini merupakan salah satu cerita dari 50 cerita Inspiratif di buku ini.
aku sedang berada dipesawat pada waktu aku membaca cerita ini, cerita yang sungguh menyentuh dan cerita yang membawa kita untuk mengetahui kehidupan yang benar begitu adanya.
cerita ini tentang ...
Sebuah torehan orangtua yang akan diberikan untuk
anaknya, suatu saat nanti.
Untuk Anakku,
Saat
ini, badanku sudah renta, bukan lagi badanku yang dulu-badan yang kuat Ayah
kebanggaanmu, yang bahu dan lehernya menjadi tumpuanmu. Maklumilah diriku.
Tetaplah bersabar menghadapi ketidakmampuanku yang semakin banyak.
Saat
ini, engkau mulai menyaksikan pemandangan yang kotor dihadapanmu karenaku.
Bahkan, baru saja air luirku terjatuh tercecer di lantai dan telah menodai
sepatumu. Maklumilah diriku. Ingatlah saat engkau mengajakku bermain di pagi
hari, muntah, dan mengotori baju kerjaku.
Saat
ini, aku sering mengulang-ulang terus ucapanku hingga membuatmu bosan.
Bersabarlah. Ingatlah di masa engkau meminta aku membaca setiap cerita dongeng
yang kuulang-ulang untuk mengantar tidur dan mimpi indahmu.
Saat
ini, aku membutuhkanu untuk mengelap dan membersihkan tubuhku. Lakukanlah
dengan senang hati. Ingatlah bagaimana susahnya membujukmu berhenti bermain
agar aku bisa memandikanmu.
Saat
ini, aku telah melakukan kesalahan dengan mengenakan bajuku terbalik, bahkan
sempat terlihat oleh tamumu saat aku melintas dari ruang tamu. Perbaikilah.
Ingatlah setiap ingin bermain di luar rumah, engkau berkali-kali memasang
terbalik sepatumu dan aku selalu membenahinya untukmu,
Saat
ini, aku sering bingung dan tidak lagi dapat menjangkau pembicaraanmu.
Janganlah merendahkanku. Ingatlah cara-cara yang kulakukan untuk menjawab
setiap pertanyaan ‘mengapa’ yang selalu engkau ajukan saat itu.
Saat
ini, kita berjalan bersama, namun aku tidak mampu lagi mengimbangi kecepatan
langkahmu. Tetaplah di sampingku, beriringan denganku, dan ulurkanlah tanganmu.
Ingatlah bagaimana engkau belajar saat itu.
Saat
ini, aku sering lupa berbagai peringatanmu, temasuk menggunakan sendok garpu di
tanganku. Janganlah bosan mengingatkanku atau mungkin melakukannya untukku.
Ingatlah pada masa kecilmu saat engkau belajar menggunakan sendok, garpu,
piring, dan gelas.
Saat
ini, aku sering mengajakmu duduk bercerita di belakang rumah dekat kandang ayam
kita. Namun, aku tidak mudah lagi mencerna setiap maksud pembicaraanmu, apalagi
tentang pekerjaanmu. Janganlah bosan. Perlu engkau tahu, sebenarnya topik
pembicaraanmu bukan lagi hal yang penting bagiku. Asal engkau ada di sisiku,
itulah kerinduanku.
Saat
ini, kursi roda pembelianmu rusak karena aku salah menggunakannya. Harusnya
kugunakan rem, tetapi malah menabrak pot bunga kesayangan istrimu hingga pecah.
Janganlah marah. Ingatlah suatu malam saat engkau menangis memintaku membelikan
sepeda yang kau tunjukkan di siang harinya. Pagi-pagi sekali aku bergegas
membelikan sepeda mahal itu. Namun di siang hari, sepeda itu sudah
tercerai-berai dan rongsok di halaman rumah kita.
Saat ini, mungkin aku seolah-olah
tidak menghargai usahamu membelikan makanan kesukaanku, karena tidak lebih dari
sua sendok makanan yang melewati tenggorokanku. Bersabarlah. Ingatlah ketika
setiap aku menyuapimu, makan, setiap kali pula engkau mencoba memuntahkan
makanan itu sebelum ke perutmu.
Saat ini, bukan lagi seperti dulu
ketika aku selalu ada untuk mengajarimu. Aku menua dengan segala kekurangan
fisik dan pikiranku. Janganlah bersedih. Tetaplah bersuka cita, seperti suka
citaku di masa kecilmu. Bagaimana pun masa kecilmu telah menjadi inspirasi,
kekuatan, serta penghibur bagiku. Satu hal yang engkau harus tahu...jiwaku
tetap seperti dulu, selalu bersorak-sorai, ber-hip-hio hura ketika bersamamu.
Nanti, jika aku pergi menghadap
Yang Maha Kuasa, aku akan merepotkanmu lagi dengan segala urusan yang
behubungan denganku dan engkau akan menumpahkan air matamu. Janganlah terlalu
menangisiku. Ikhlaskanlah kepergianku dan genapilah sukacitaku. Lakuakanlah
segala sesuatu utnuk pemberangkatanku dengan senang hati. Ingatlah bahwa aku
sudah ada gantinya di dunia ini, dirimu, anakku.
Seorang anak tidak pernah memilih
untuk menagalami masa tua atau renta. Namun, semua itu adalah masa-masa indah
buatku dan semoga juga selalu indah bagimu.
Ayahmu
Merawat masa kecil dan mengurus masa tua adalah dua fase yang sama, yang membutuhkan kasih tanpa syarat dari orangtua maupun anak